Devita Yanti Tawoto Sentil Kepentingan Politik

Banjir bandang yang menerjang Kota Manado dan sekitarnya 15 Januari lalu masih menyisakan cerita pilu.
Dampak bencana itu masih menjadi masalah serius yakni sampah dan mereka yang kehilangan rumah serta sekolah rusak.

Banyak bantuan mengalir. Namun demikian, masih saja ada korban banjir yang belum maksimal mendapat bantuan.
Devita Yanti Tawoto misalnya, rumahnya yang penuh lumpur tak mendapat jatah dibersihkan para relawan yang turun ke lapangan. Hanya dia dan keluarga yang membersihkan sehingga tak mendapatkan hasil maksimal.

Selain itu, gadis 23 tahun yang bekerja di sebuah perusahaan swasta ini, Jumat (7/2/2014) mengaku gerah dengan adanya bantuan yang diembel-embeli kepentingan politik. Misalnya menonjolkan gambar diri sebagai calon legislatif.

Gadis kelahiran Manado, 8 Desember 1990 berpendapat, seharusnya kepentingan politik tidak disangkutpautkan dalam aksi memberikan bantuan kepada korban banjir.
"Masyarakat saat ini masih membutuhkan bantuan karena banyak sekali rumah yang terendam banjir termasuk rumah saya dimana barang-barang dalam rumah terbawah banjir dan hilang serta rusak. Jadi harus benar-benar tulus, bukan semata-mata karena kepentingan politik sesaat," ucapnya.

Dia juga menyoroti kurangnya koordinasi antar- pemerintah sendiri dalam menyelesaikan masalah bencana ini. Devinta berharap, semua bersatu padu demi mengatasi persoalan bencana ini.
"Semoga para pihak terkait dapat berpikir dengan jernih sehingga dapat bekerja secara maksimal dalam rangka perbaikan pascabanjir dan menata Kota Manado ke arah lebih baik lagi," tandas putri pasangan Rasid Tawoto dan Nur'ain Tau Devita ini. 

Postingan populer dari blog ini

Pingkan Debora Ulus Kini Lebih Siap

Siltas Tatuil Tidak Sekolah Selama 3 Hari