Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2014

Devita Yanti Tawoto Sentil Kepentingan Politik

Gambar
Banjir bandang yang menerjang Kota Manado dan sekitarnya 15 Januari lalu masih menyisakan cerita pilu. Dampak bencana itu masih menjadi masalah serius yakni sampah dan mereka yang kehilangan rumah serta sekolah rusak. Banyak bantuan mengalir. Namun demikian, masih saja ada korban banjir yang belum maksimal mendapat bantuan. Devita Yanti Tawoto misalnya, rumahnya yang penuh lumpur tak mendapat jatah dibersihkan para relawan yang turun ke lapangan. Hanya dia dan keluarga yang membersihkan sehingga tak mendapatkan hasil maksimal. Selain itu, gadis 23 tahun yang bekerja di sebuah perusahaan swasta ini, Jumat (7/2/2014) mengaku gerah dengan adanya bantuan yang diembel-embeli kepentingan politik. Misalnya menonjolkan gambar diri sebagai calon legislatif. Gadis kelahiran Manado, 8 Desember 1990 berpendapat, seharusnya kepentingan politik tidak disangkutpautkan dalam aksi memberikan bantuan kepada korban banjir. "Masyarakat saat ini masih membutuhkan bantuan karena ba

Zahra Iriani: Bukan PNS Saja

Gambar
Zahra Iriani, SE  memahami perasaan yang berkecamuk dalam diri rekan kerjanya yang berstatus honorer K-2 saat menunggu pengumuman kelulusan yang menurut informasi sudah bisa diakses lewat website, Rabu (5/2/2014).  "Semoga mereka tetap sabar menunggu dan tetap semangat, apapun hasilnya nanti," katanya saat berbincang dengan Tribun Manado, Rabu (5/2). Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada salah satu  SKPD di Kabupaten Minahasa Utara itu berharap saudara dan kerabatnya honorer K-2 bisa dinyatakan lulus tes CPNS. Kalaupun gagal kali ini semoga mereka tidak patah semangat karena kuota CNPS memang terbatas. "Kalau gagal kali ini, kita masih bisa bangkit dan berusaha," kata gadis  kelahiran Jayapura, 14 Januari 1986 ini. Menurutnya,  pekerjaan bukan hanya PNS. "Jika teman-teman mulai jenuh karena sudah mencoba sampai beberapa kali tapi gagal  tes jadi PNS,  mungkin sekarang saatnya move on. Sering-sering baca koran Tribun Manado dan media lainnya di Sulut,  

Siltas Tatuil Tidak Sekolah Selama 3 Hari

Gambar
Dampak bencana banjir bandang yang menerjang Kota Manado 15 Januari 2014 dirasakan hampir semua warga ibu kota Sulawesi Utara yang dikenal dengan masakan khasnya,  tinutuan atau bubur Manado ini. Mereka yang langsung menjadi korban banjir harus mengungsi. Meski mendapatkan tempat untuk tidur dan makan, sebagian dari mereka tetap merasa tidak nyaman berada di pengungsian. Hal itu diungkapkan Siltas Tatuil, siswi SMP Advent Tikala ketika ditemui Tribun Manado di tempat pengungsian Rumah Sakit  Permata Bunda Dendengan Dalam Manado, Sabtu (18/1/2014). Di tempat itu,  Siltas dan keluarganya tidur beralaskan koran. "Pokoknya tidak nyaman sekali. Tidur di lantai beralas koran seperti gembel," katanya sambil tersenyum. Sejak  rumah orangtuanya  dilanda banjir Rabu lalu,  remaja putri yang memiliki tinggi badan 167 cm itu tidak ke sekolah karena seragam dan buku pelajaran hanyut disapu banjir."Mau ke sekolah bagaimana jika seragam tidak ada. Buku pun tidak ada. Apalagi sep

Alucia A Elungan Lestarikan Tulude

Gambar
Gelar adat tulude di Kota Bitung atau dalam bahasa Sangihe disebut Hundugu Monara Tulude Soang Kudatong Bitung Taung 2014 merupakan tradisi adat warga Nusa Utara yang bermukim di daerah ini. Sebentar lagi akan dirayakan di Kota Bitung. Kegiatan ini mendapat sambutan hangat dari Alucia A Elungan. "Tulude oleh warga Nusa Utara merupakan pesta adat. Tulude itu secara luas yaitu kegiatan upacara pengucapan syukur kepada Mawu Ruata Ghenggona Langi atau Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat-berkatnya kepada umat manusia selama tahun yang lalu," kata gadis yang sering disapa Lisa kepada Tribun Manado, Kamis (30/1/2014). Putri pasangan  Djafar Elungan dan almarhumah Like Rondonuwu berharap perayaan Tulude di tahun baru 2014 ini akan sama dengan tahun yang sudah lewat bahkan bisa lebih baik dan lebih meriah lagi. "Yang paling disukai acara ritualnya, tarian ampa wayer, tarian masamper dan pemotongan kue tamo," kata pemilik moto hidup "merasa bersyukur dan menghargai s

Lydia Amelia Kamasi: Stop Penebangan Hutan

Gambar
Bencana alam tak bisa dihindari manusia tapi bisa di antisipasi agar tidak terjadi. Hal ini diutarakan Lydia Amelia Kamasi, SAP, kepada Tribun Manado, Jumat (17/1/2014). "Tidak ada yang menginginkan bencana, tapi kadang kala bencana terjadi karena ulah manusia yang mengabaikan keseimbangan alam. Misalnya menebang pohon sembarangan," ujarnya. Lydia menilai, banyaknya bencana di Indonesia, terlebih yang melanda Kota Manado diakibatkan berkurangnya lahan hijau sebagai daerah resapan air. "Di sana sekarang banyak didirikan perumahan. Terlebih pembangunan ringroad itu pasti punya dampak pada alam. Hasilnya, bisa kita lihat sekarang," ujarnya. Gadis kelahiran Tagulandang, 19 Februari 1990 ini mengatakan, jika pengrusakkan hutan semakin dilakukan, ia memprediksi Manado 5 hingga 10 tahun ke depan akan menjadi daerah langganan banjir besar. "Terlebih Manado berada di dataran rendah dan daerah resapan semakin kecil," ujarnya. Memang tak bisa dipun

Thalita Falugah Butuh Relawan Banjir

Gambar
Banjir bandang yang menerjam sebagian besar wilayah Kota Manado 15 Januari 2014 lalu meninggalkan kisah duka bagi warga yang menjadi korban. Seiring berjalannya waktu, mereka mulai  tersenyum dan mencoba bangkit. Seperti dilakukan Thalita Falugah. Dia membantu kedua orang tuanya membersihkan rumah yang diterjang banjir bandang. "Sedih karena kehilangan semuanya. Saat itu tinggal baju di badan tapi karena semua warga di sini bekerja sama, suasana jadi ramai dan terobati," ujarnya kepada Tribun Manado di sela-sela kesibuknya menerima bantuan di posko bantuan Komo Luar Manado, Senin (20/1/2014). Selain membersihkan lumpur di dalam rumah, putri dari pasangan Adam Falugah dan Trisnawati Paneo ini ikut mengantarkan makanan bagi korban banjir lainnya."Saya selalu mengantar makanan bagi sanak-saudara kita yang berada di bagian bawah dekat aliran sungai," ujar gadis yang berdomisili di Lingkungan II Komo Luar ini. Thalita mengakui, untuk membersihkan lumpu

Susan, Lurah Kontroversi Jakarta Berdarah Manado

Gambar
Balai Kota DKI Jakarta seperti lautan berwarna putih, Juni lalu. Lebih dari 400 pemenang lelang jabatan yang digagas Sang Gubernur, Joko Widodo, dilantik. Di antara para pejabat terpilih itu, tampak seorang perempuan cantik. Posturnya tegap, penuh percaya diri. Dialah Susan Jasmine Zulkifli. Kala itu, Susan bukan siapa-siapa. Namanya baru mencuat sekitar dua bulan setelah menduduki posisi sebagai Lurah Lenteng Agung. Susan diprotes warga karena dianggap tak bisa membaur dengan padatnya aktivitas keagamaan di wilayah itu. Masyarakat Lenteng Agung mayoritas beragama Islam. Susan sendiri Kristen. Perbedaan itu memicu kontroversi. Bukan hanya perkara ketidakpatutan kepemimpinan, tetapi juga soal kinerja. Warga menganggap, Susan takkan didukung penuh karena ia tak memiliki ikatan batin dengan mereka. Di balik segala kontroversi itu, seperti apa sebenarnya sosok Susan? Ditemui VIVAlife minggu lalu, wanita kelahiran Jakarta, 3 April 1970 itu terlihat sebagai pribadi sederhana

Sebelum Jadi Budak Seks di AS, Shandra Punya Karir Cemerlang di Indonesia

Gambar
Washington - Shandra Woworuntu (36), pernah menjadi korban perdagangan manusia dan dipaksa menjadi budak seks di Amerika Serikat (AS). Sebelum terjebak perbudakan di negeri Paman Sam, Shandra sempat memiliki karir cemerlang di Indonesia. Dilansir dari AFP, Senin (3/2/2014), Shandra mengenyam pendidikan tingginya di salah satu perguruan tinggi di Indonesia, jurusannya adalah Finance and Bank Management. Setelah lulus, dia bekerja sebagai financial analyst di sebuah bank Korea yang ada di tanah air. Dia disebut sebagai seorang financial analyst yang brilian dan diprediksi memiliki karir yang cerah. Selain itu, dia juga aktif sebagai aktivis HAM yang kerap menyuarakan hak-hak buruh. Namun prediksi karirnya jauh dari kenyataan yang diterima. Shandra harus kehilangan pekerjaannya, sebagai dampak dari krisis moneter yang melanda Indonesia di akhir tahun 90an. Kenyataan itu membuatnya harus kembali mencari kerja. Di usianya yang saat itu masih 25 tahun, dia harus memiliki m

Shandra Woworuntu, WNI yang Dijadikan Budak Seks di Amerika

Gambar
Washington - Kisah kelam perdagangan manusia masih terus bergulir. Salah satu korbannya adalah seorang WNI bernama Shandra Woworuntu. Dia dijadikan budak seks di negeri adidaya Amerika Serikat. Masa-masa kelam dalam hidup Shandra terjadi sekitar sepuluh tahun yang lalu, saat usianya masih 25 tahun. Dimulai saat dirinya kehilangan pekerjaan karena krisis moneter yang melanda Indonesia di akhir tahun 90an. Shandra lalu berniat mencari pekerjaan ke negeri seberang, ke negerinya Paman Sam. Dia melihat iklan di koran yang bisa mewujudkan niatnya bekerja di Amerika. Ada tawaran pekerjaan tak tetap di sebuah hotel di Chicago. Shandra mengajukan lamaran, mengikuti tes, dan membuat visa untuk memenuhi syarat lamaran. Dia lulus dan berangkat ke Amerika. Meninggalkan putrinya yang masih belia. "Saya sangat bersemangat waktu itu. Saya pikir ini mimpi Amerika. Saya akan menghasilkan sejumlah uang dan kembali setelah enam bulan bekerja," kata Shandra seperti dikutip AFP, Senin (3/2

Anastasya Kartika Mandagi: Ayo Manado Bangkit!

Gambar
Badai pasti berlalu dan masalah mendewasakan kita. Demikian ungkapan Anastasya Kartika Viona Mandagi, SE MM menyemangati semua warga Sulut yang sedang tertimpa musibah banjir dan tanah longsor. "Musibah ini merupakan bentuk teguran Tuhan untuk manusia. Kenapa ia menegur? Karena Sulut begitu dikasihinya," ujarnya saat berbicang dengan Tribun Manado, Minggu (19/1/2014). Dara kelahiran Tondano 21 April 1988 ini mengatakan musibah pasti membawa kepedihan mendalam bagi yang mengalaminya. Namun, jangan terus diratapi karena hidup terus bergulir. "Jangan berpasrah pada keadaan, tapi kitalah yang mengendalikan keadaan itu. Memang bencana sangat menyakitkan. Namun rasa sakit itu pasti akan jadi sukacita saat kita mau bangkit dan kita sudah memahami betul apa maksud semua ini," ujar Tika, demikian ia disapa. Tika  prihatin dengan bencana yang melanda Sulut. Rasa kemanusiaannya pun muncul dia wujudkan lewat bantuan. "Meski tak seberapa, saya harap bisa berguna un

Juli Amelia Marlian Saling Membantu

Gambar
Juli Amelia Marlian menyikapi dengan bijak bencana banjir bandang dan tanah longsor yang melanda sejumlah wilayah di Sulawesi Utara tanggal 15 Januari 2014. "Selalu ada hikmah di balik bencana. Ini merupakan cobaan dari Tuhan untuk kita bangkit dan berusaha menjadi manusia yang lebih baik lagi," kata Juli Amelia Marlian saat berbincang dengan Tribun Manado, Rabu (22/1/2014). Amelia turut merasakan dampak banjir bandang di Kota Manado Rabu pekan lalu sehingga dia bisa membandingkan dengan bencana tahun sebelumnya. "Bencana  yang terjadi saat ini lebih parah," ujar wanita kelahiran 22 Juli 1991 tersebut. Walaupun prihatin dan sedih dengan kedaaan saat ini, Amelia bersyukur karena bencana banjir justru melahirkan sikap peduli dan saling membantu. Begitu banyak orang tergugah hatinya dan memberikan bantuan untuk para korban, baik bantuan materi maupun non materi. "Sikap saling membantu, misalnya  dalam membersihkan sampah dan lumpur yang berserakan di Manad

Marini Tumembouw Menghibur Korban Banjir

Gambar
Banjir bandang bukan hanya membuat ribuan warga Kota Manado kehilangan materi. Ada trauma dan kesedihan mendalam yang dirasakan oleh anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Karena itu, menurut Marini  Tumembouw bukan hanya bantuan materi yang dibutuhkan para korban banjir tapi juga penguatan mental. "Penguatan mental bisa dari segi spiritual. Kedekatan dengan agama sesuai ajaran masing-masing yang tentu mengajarkan tentang kesabaran dan menyadari bahwa selalu ada hikmah dan berkat dari setiap persoalan ataupun bencana," ujar perempuan kelahiran Romboken 22 Agustus 1983 ini kepada Tribun Manado di sela penyaluran bantuan di Malendeng-Perkamil, Kamis (23/1/2014). Perempuan yang lama bekerja sebagai marketing di Telkomsel ini sangat senang bersama komunitasnya Solagracia (SGC) Community dapat memberi bantuan secara rohani kepada para korban banjir.  "Para korban banjir terutama yang masih di pengungsian karena sudah tidak memiliki rumah, perlu disuport, didoakan dan d

Sumiati Dandu Siapkan Pelampung di Kamar

Gambar
Bencana yang melanda Sulawesi Utara bagi Hajjah Sumiati Dandu sungguh sebuah peristiwa yang memilukan. Dia pun berharap semua mata, telinga, tangan dan kaki serta pikiran tertuju ke sana, agar para korban banjir dan longsor kembali bangkit demi melanjutkan hidup. Dia bersama keluarga sudah beberapa kali memberikan bantuan bagi korban bencana. Selain itu, kata instruktur senam kenamaan asal Kota Bitung itu, kewaspadaan menjadi penting. Apalagi isu-isu menyesatkan seperti kabar bohong tsunami yang disebar orang tak bertanggung jawab, membuat banyak orang waswas, termasuk dirinya. Perempuan yang akrab disapa Sumi itu mengaku tak nyenyak tidur karena alam terus bergolak. Bahkan, perempuan yang tinggal tak jauh dari laut itu menyiapkan pelampung di kamarnya. "Saya menyiapkan pelampung di dalam kamar. Ini untuk kewaspadaan kita. Meski isu yang tersiar seperti tsunami itu tidak benar, tapi tetap saja membuat waswas," kata owner sebuah bridal salon itu seraya mengaku sudah

Vita Watung Galang Dana untuk Korban Bencana

Gambar
Selain menyisakan pilu bagi para korban, bencana banjir bandang yang menerjang Kota Manado dan beberapa daerah lainnya di Sulut, 15 Januari 2014 lalu, sontak menimbulkan rasa solidaritas warga masyarakat dari berbagai penjuru Sulawesi Utara. Sebagai bentuk solidaritas terhadap korban, sejumlah instansi, organisasi dan kelompok, tergerak menggalang dana sumbangan bagi para korban, seperti halnya ikut dilakukan tamu torang kanal kali ini, Vita Watung. Pegawai honorer di bagian Tata Usaha Pimpinan, Sekretariat Daerah (Setda) kabupaten Minahasa Tenggara (Mitra) ini, bersama rekan-rekan pemuda di Jemaat GMIM Sion Sendangan, Kawangkoan, belum lama ini sempat menggalang dana yang disumbangkan kepada sesama yang jadi korban banjir, ."Terbatas waktu karena kesibukan, saya bersama teman pemuda gereja, ikut berpartisipasi menggelang dana untuk disumbang kepada sesama yang mengalami musibah banjir dan longsor," ujar gadis kelahiran Langowan, 24 November 1988 ini. Srikandi penga

Nabillah Djindan: "Alam Tersakiti"

Gambar
Banjir bandang yang terjadi Kota Manado memberi kesan tersendiri bagi Nabillah Djindan. Perempuan kelahiran Manado, 1 Januari 1991 yang sedang kuliah di Pasca Sarjana Unsrat Jurusan Linguistik ini sedang tidak berada di Manado ketika banjir itu terjadi 15 Januari 2014 lalu. "Saya baru saja tiba dari penelitian bahasa untuk keperluan tesis saya di suku Pedalaman Baloa Doda, Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah. Kabar soal banjir itu saya terima dari ibu saya yang menelepon saat sudah ada di kaki gunung untuk melakukan pendakian di Rante Mario Gunung Latimojong," ujar puteri pasangan Gasim Djindan dan Nung Kusnuryati ini, Sabtu (25/1/2014). Nabillah awalnya tidak percaya ada banjir separah itu terjadi di Manado. Akhirnya saat ini, ketika ia sudah pulang ia sadar kota ini sudah porak-poranda akibat banjir bandang itu. "Sudah tiga hari ini, saya beserta kawan-kawan pecinta alam dari FKPA Sulut membagikan sembako dan memberi bantuan tenaga untuk membersihkan rumah di beber

Cynthia Angela Putri: "Jangan Dibeda-Bedakan"

Gambar
Banjir bandang yang melanda sebagian besar wilayah Kota Manado pada Rabu (15/1) lalu merugikan masyarakat dari berbagai kalangan. Cynthia Angela Maryono Putri, warga Lingkungan II Kelurahan Komo Luar Kecamatan Wenang ikut merasakan penderitaan akibat banjir. "Beberapa bantuan berupa supermie dan air minum yang kami terima hingga saat ini adalah dari Gereja Ignatius," ujar anak bungsu dari tiga bersaudara ini kepada  Tribun Manado  di kediamannya, Senin (27/1/2014). Menurut gadis yang hobi menggambar dan baca komik ini, keluarganya butuh bantuan tenaga untuk membersihkan rumah,  listrik dan air bersih. "Saat ini makanan tidak menjadi masalah, tapi bantuan untuk membersihkan rumah. Kemarin, bayar empat orang untuk membersihkan isi rumah. Mereka minta Rp 100 ribu per hari sementara cara kerja mereka lambat, sehingga harus kerja berhari-hari, kami pun menyerah karena tidak memiliki uang," kata gadis kelahiran Bekasi 11 Maret 1997 ini. Siswi jurusan Marketing d

Nattasya Christly Sumakul Sumbang Pakaian

Gambar
Pascabanjir bandang melanda Kota Manado , semua komponen masyarakat tersentuh untuk memberikan bantuan kepada para korban banjir. Tak terkecuali bagi Nattasya Christly Sumakul.  Dia mengumpulkan baju dan celana baik kepunyaannya maupun milik saudara-saudara atau keluarga untuk disumbangkan kepada para korban. " Saya ikut merasakan derita korban banjir dan tanah longsor, mereka membutuhkan bantuan dari warga lainnya," kata mahasiswi Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado ini. Gadis kelahiran Manado 6 Desember 1993 ini berhasil mengumpulkan baju dan celana dalam jumlah yang lumayan banyak untuk disumbangkan. "Itu kami sumbangkan bersama teman kuliah Ceydy Tamunu untuk korban banjir di Pakowa Lingkungan 5 dan 6. Penyalurannya lewat satu posko bantuan banjir yang ada di sana," ucap anak kedua dari pasangan suami istri, Servius Jelly Sumakul dan Christien Lesar ini. Tasya, demikian gadis ini akrab disapa,   secara khusu

Ria Kumendong Berharap tak Ada Duka Lagi

Gambar
Warga keturunan etnis Tionghoa akan merayakan tahun baru Cina atau Imlek, Jumat (31/1/2014). Tahun ini, jatuh pada Tahun Kuda satu di antara 12 shio. Lumrahnya pada awal tahun, ada harapan dan resolusi agar tahun ini bisa menjadi lebih baik. Demikian pula Ria Kumendong ungkapkan saat berbincang dengan Tribun Manado, Kamis kemarin. Kendati bukan keturunan Tionghoa, gadis asal Kotamobagu ini mempunyai harapan baru memasuki tahun baru Imlek kali ini. "Awal tahun 2014 ini, banjir bandang dan longsor dan bencana lainnya terjadi di beberapa wilayah Indonesia. Sulut pun tak luput dari bencana. Memasuki tahun baru Imlek, mudah-mudahan semua bencana surut," ujar Ria yang bershio monyet ini. Dara yang lahir 2 Februari 1992 ini mengharapkan hujan yang biasanya turun jelang Imlek menjadi berkah. "Semoga tak ada lagi duka dan semuanya bisa kembali bangkit lagi dengan semangat baru," kata Ria yang hobi jalan-jalan ini.

Grasia Janet Sigarlaki Cepat Tanggap

Gambar
Pemerintah diharapkan secepatnya memperbaiki ruas Jalan Manado-Tondano tepatnya di kawasan Tinoor. Hal ini menjadi keluhan sekaligus harapan gadis bernama lengkap Grasia Janet Sigarlaki yang merupakan satu di antara pengguna ruas jalan ini. "Pemerintah harus cepat tanggap melihat masyarakat yang begitu kesulitan dengan belum bisa dilaluinya jalur utama Jalan Manado-Tomohon," ujarnya kepada Tribun Manado, Jumat (31/1/2014). Memang diakui Gadis kelahiran Tondano, 14 Januari 1990 ini, tak ada pihak mana pun yang mau bencana terjadi. '' Tapi sebagai pemerintah kan harus cepat memikirkan kelancaran kepentingan umum, termasuk akses jalan yang menyulitkan warga, '' ujarnya. Ghe, demikian ia disapa, berpendapat dalam membangun kembali akses tersebut, kualitas harus diutamakan. "Bencana memang kehendak Tuhan, tapi kadang bencana itu datang karena faktor human error. Berkaca dari pengalaman, pembangunan akses tersebut sudah harus ditingkatkan, setidaknya unt